Apakah yang dimaksud Cerita Panji? Dalam pemahaman secara mainstream, Cerita Panji
dapat dikisah-singkatkan sebagai cerita yang berkisar mengenai percintaan Raden
Panji Asmarabangun (Inu Kertapati atau Panji Kudawanengpati), putera mahkota
kerajaan Jenggala, dengan Dewi Sekartadji (Galuh Candrakirana), puteri kerajaan
Panjalu atau Kadiri. Namun jalinan kasih sepasang sejoli ini tidak berjalan
mulus, banyak romantika berupa petualangan dan penyamaran hingga Cerita Panji
kemudian melahirkan banyak versi dan varian berupa dongeng dan kisah-kisah
lainnya. Meski pada akhirnya mereka berhasil menjadi sepasang suami isteri yang
memerintah Kerajaan Kadiri, namun berbagai persoalan seakan tak pernah henti
menimpa mereka sehingga justru semakin banyak melahirkan cerita-cerita baru
lagi.
Tetapi
dalam pemahaman yang lebih luas, Cerita Panji tidak hanya berurusan dengan
Raden Panji dan Candrakirana, atau hanya berkisar mengenai kerajaan Janggala
dan Panjalu. Cerita Sri Tanjung misalnya, dapat disebut sebagai cerita yang
memiliki spirit Cerita Panji. Yaitu, kisah kasih yang terhalang, tentang
kesetiaan seorang perempuan kepada pasangannya, dan perjuangan sang lelaki yang
tak kenal takut menghadapi bahaya demi menunaikan sebuah tugas negara. Itu
sebabnya, ketika Patih Sidopeksa akhirnya mengetahui isterinya tidak bersalah,
dia kemudian memangku jenasah isterinya dalam posisi sangat mirip dengan Raden
Panji Asmarabangun berkisah kasih dengan Candrakirana. Gambaran adegan inilah
yang mengecohkan sebagaimana terdapat di relief Candi Surawana seperti yang
dijelaskan oleh Lydia Kieven. Soal yang satu ini memang masih debatable.
Arkeolog
M. Dwi Cahyono berpendapat, bahwa yang dimaksud Cerita Panji adalah berbagai
kisah dalam beragam ekspresi dengan tokoh sentral Panji. Disebut Cerita Panji
karena memiliki pola-pola tertentu, yaitu (1) tokohnya kekesatriaan, (2)
memiliki pola integrasi-distegrasi-reintegrasi atau ketemu-pisah-ketemu lagi
dan mengalami siklus berulang. (3) Ada kesan bermusuhan tetapi bersatu, seperti
Romeo Yuliet, ada upaya penyatuan. (4) Ada balada yang segenerasi tapi bisa
lintas generasi.
Karena
itu, banyak kisah-kisah lain yang bisa saja disebut varian Cerita Panji karena
indikator-indikator Panji yang ada di dalamnya. Dwi Cahyono membenarkan, bahwa
cerita-cerita yang kemudian sekarang disebut Cerita Panji itu bisa jadi dulunya
bukan bernama Cerita Panji, melainkan tersebar dalam banyak cerita dengan
berbagai judul. Kemudian terjadilah “klaim akademis” yang melahirkan sebutan
Cerita Panji. Bukan tidak mungkin, kata Dwi, sebelum Rassers meneliti sudah ada
cerita-cerita seperti itu namun belum disebut Cerita Panji.
Menurut
penelitian Ida Bagus Putera Manuaba, Adi Setijowati dan Puji Karyanto, tentang
resepsi pembaca terhadap teks Cerita Panji menyimpulkan bahwa setidaknya
terdapat sepuluh nilai yang terkandung dalam Cerita Panji, yaitu (1)
kesejarahan, (2) edukatif, (3) keteladanan, (4) kepahlawanan, (5) budaya, (6)
estetika, (7) kearifan lokal, (8) ekologi, (9) politik, dan (10) moral.
Bambang
Pujasworo kemudian menambahkan lagi, ada ajaran yang belum disinggung yaitu
ajaran asketisme dan nilai-nilai messianisme serta millenarisme dalam Cerita
Panji. Dalam hal ini asketisme dimaknai sebagaimana dideskripsikan oleh Sartono
Kartodirdjo, yaitu usaha dari seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan
latihan untuk “menghilangkan keinginan atau hawa nafsu jasmaniah” dengan tujuan
untuk mencapai kesempurnaan spiritual. Contoh-contoh asketisme misalnya;
nglakoni prihatin, tarak brata, cegah dhahar lawan nendra, puasa dan bertapa.
Sementara
dalam wilayah sastra, maka Sastra Panji merupakan hasil karya sastra yang
sangat indah dan sarat dengan nilai-nilai filosofis serta ajaran
moral-spiritual. Hingga saat ini kisah Panji masih dipakai rujukan bagi penciptaan
seni pertunjukan, baik yang tradisi maupun modern. Ajaran asketisme yang
termuat dalam Cerita Panji dapat dipakai sebagai acuan untuk membentuk karakter
bangsa, sehingga terbentuk manusia yang mengedepankan nilai-nilai altruisme,
yakni pembentukan sifat, sikap, dan perilaku yang lebih mengutamakan
kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri. Salah satu segi
yang menyebabkan Cerita Panji sangat populer adalah kemampuannya dalam
mengusung nilai-nilai universal.
Sumber:
http://budayapanji.com/informasi/?p=500
Apakah yang dimaksud Cerita Panji? Dalam pemahaman secara mainstream, Cerita Panji dapat dikisah-singkatkan sebagai cerita yang berkisar mengenai percintaan Raden Panji Asmarabangun (Inu Kertapati atau Panji Kudawanengpati), putera mahkota kerajaan Jenggala, dengan Dewi Sekartadji (Galuh Candrakirana), puteri kerajaan Panjalu atau Kadiri. Namun jalinan kasih sepasang sejoli ini tidak berjalan mulus, banyak romantika berupa petualangan dan penyamaran hingga Cerita Panji kemudian melahirkan banyak versi dan varian berupa dongeng dan kisah-kisah lainnya. Meski pada akhirnya mereka berhasil menjadi sepasang suami isteri yang memerintah Kerajaan Kadiri, namun berbagai persoalan seakan tak pernah henti menimpa mereka sehingga justru semakin banyak melahirkan cerita-cerita baru lagi.