Facebook

blogger-disqus-facebook

Minggu, 19 Februari 2017

Revitalisasi Kesenian Berbasis Cerita Panji

Oleh Henri Nurcahyo 


   Apakah yang dimaksud Cerita Panji? Dalam pemahaman secara mainstream, Cerita Panji dapat dikisah-singkatkan sebagai cerita yang berkisar mengenai percintaan Raden Panji Asmarabangun (Inu Kertapati atau Panji Kudawanengpati), putera mahkota kerajaan Jenggala, dengan Dewi Sekartadji (Galuh Candrakirana), puteri kerajaan Panjalu atau Kadiri. Namun jalinan kasih sepasang sejoli ini tidak berjalan mulus, banyak romantika berupa petualangan dan penyamaran hingga Cerita Panji kemudian melahirkan banyak versi dan varian berupa dongeng dan kisah-kisah lainnya. Meski pada akhirnya mereka berhasil menjadi sepasang suami isteri yang memerintah Kerajaan Kadiri, namun berbagai persoalan seakan tak pernah henti menimpa mereka sehingga justru semakin banyak melahirkan cerita-cerita baru lagi.

   Tetapi dalam pemahaman yang lebih luas, Cerita Panji tidak hanya berurusan dengan Raden Panji dan Candrakirana, atau hanya berkisar mengenai kerajaan Janggala dan Panjalu. Cerita Sri Tanjung misalnya, dapat disebut sebagai cerita yang memiliki spirit Cerita Panji. Yaitu, kisah kasih yang terhalang, tentang kesetiaan seorang perempuan kepada pasangannya, dan perjuangan sang lelaki yang tak kenal takut menghadapi bahaya demi menunaikan sebuah tugas negara. Itu sebabnya, ketika Patih Sidopeksa akhirnya mengetahui isterinya tidak bersalah, dia kemudian memangku jenasah isterinya dalam posisi sangat mirip dengan Raden Panji Asmarabangun berkisah kasih dengan Candrakirana. Gambaran adegan inilah yang mengecohkan sebagaimana terdapat di relief Candi Surawana seperti yang dijelaskan oleh Lydia Kieven. Soal yang satu ini memang masih debatable.

     Arkeolog M. Dwi Cahyono berpendapat, bahwa yang dimaksud Cerita Panji adalah berbagai kisah dalam beragam ekspresi dengan tokoh sentral Panji. Disebut Cerita Panji karena memiliki pola-pola tertentu, yaitu (1) tokohnya kekesatriaan, (2) memiliki pola integrasi-distegrasi-reintegrasi atau ketemu-pisah-ketemu lagi dan mengalami siklus berulang. (3) Ada kesan bermusuhan tetapi bersatu, seperti Romeo Yuliet, ada upaya penyatuan. (4) Ada balada yang segenerasi tapi bisa lintas generasi.

    Karena itu, banyak kisah-kisah lain yang bisa saja disebut varian Cerita Panji karena indikator-indikator Panji yang ada di dalamnya. Dwi Cahyono membenarkan, bahwa cerita-cerita yang kemudian sekarang disebut Cerita Panji itu bisa jadi dulunya bukan bernama Cerita Panji, melainkan tersebar dalam banyak cerita dengan berbagai judul. Kemudian terjadilah “klaim akademis” yang melahirkan sebutan Cerita Panji. Bukan tidak mungkin, kata Dwi, sebelum Rassers meneliti sudah ada cerita-cerita seperti itu namun belum disebut Cerita Panji.

    Menurut penelitian Ida Bagus Putera Manuaba, Adi Setijowati dan Puji Karyanto, tentang resepsi pembaca terhadap teks Cerita Panji menyimpulkan bahwa setidaknya terdapat sepuluh nilai yang terkandung dalam Cerita Panji, yaitu (1) kesejarahan, (2) edukatif, (3) keteladanan, (4) kepahlawanan, (5) budaya, (6) estetika, (7) kearifan lokal, (8) ekologi, (9) politik, dan (10) moral.

     Bambang Pujasworo kemudian menambahkan lagi, ada ajaran yang belum disinggung yaitu ajaran asketisme dan nilai-nilai messianisme serta millenarisme dalam Cerita Panji. Dalam hal ini asketisme dimaknai sebagaimana dideskripsikan oleh Sartono Kartodirdjo, yaitu usaha dari seseorang atau sekelompok orang dalam melakukan latihan untuk “menghilangkan keinginan atau hawa nafsu jasmaniah” dengan tujuan untuk mencapai kesempurnaan spiritual. Contoh-contoh asketisme misalnya; nglakoni prihatin, tarak brata, cegah dhahar lawan nendra, puasa dan bertapa.

     Sementara dalam wilayah sastra, maka Sastra Panji merupakan hasil karya sastra yang sangat indah dan sarat dengan nilai-nilai filosofis serta ajaran moral-spiritual. Hingga saat ini kisah Panji masih dipakai rujukan bagi penciptaan seni pertunjukan, baik yang tradisi maupun modern. Ajaran asketisme yang termuat dalam Cerita Panji dapat dipakai sebagai acuan untuk membentuk karakter bangsa, sehingga terbentuk manusia yang mengedepankan nilai-nilai altruisme, yakni pembentukan sifat, sikap, dan perilaku yang lebih mengutamakan kepentingan orang lain daripada kepentingan dirinya sendiri. Salah satu segi yang menyebabkan Cerita Panji sangat populer adalah kemampuannya dalam mengusung nilai-nilai universal.

Sumber:

http://budayapanji.com/informasi/?p=500

Share:

7 Fakta Seputar Uang Rupiah Baru Emisi 2016



1. Uang Rupiah Baru Ramah untuk Penyandang Tunanetra
     Salah satu yang ditingkatkan dalam uang rupiah baru adalah kode raba untuk mempermudah para penyandang tunanetra. Uang rupiah emisi 2016 ini telah disempurnakan dengan fitur kode tunanetra atau blind code dengan mengubah desain pada bentuk blind code yang berupa efek rabaan (tactile effect) untuk membantu penyandang tunanetra untuk membedakan antar pecahan uang rupiah. Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang Bank Indonesia melakukan uji coba fitur blind code  yang terdapat pada uang rupiah terhadap 10 orang. Dan benar saja, mereka dapat dengan mudah membedakan antara satu pecahan dengan pecahan-pecahan lain.

2. Uang Rupiah Baru dibilang Mirip Yuan
     Di beberapa media sosial seperti Facebook dan Twitter, banyak netizen yang mempersoalkan desain dari uang rupiah yang baru. Pasalnya uang rupiah tersebut dinilai mirip dengan mata uang China (Tiongkok) yaitu Yuan. Banyak yang bilang kalau desain rupiah meniru Yuan bahkan banyak pula yang mengatakan kalau pemerintah sekarang adalah antek-antek dari Tiongkok. Namun hal ini segera dibantah oleh Bank Indonesia (BI), BI menjelaskan bahwa desain baru uang kertas tersebut menggambarkan semangat Negara Kesatuan Republik Indonesia. Sesuai dengan UU no. 7 Tahun 2011 tentang mata uang, yang menekankan semangat NKRI. Selain Yuan, ada juga netizen yang mengatakan kalau rupiah yang baru menyerupai Euro, Dollar Kanada, sampai Israeli new shekel.

3. Tingkat Keamanannya Termasuk yang Tertinggi di Dunia
     Uang rupiah yang baru memiliki sistem pengamanan 3 level dengan 9-12 jenis pengaman, dengan sistem pengamanan tersebut Rupiah bisa dibilang merupakan mata uang dengan sistem keamanan yang sangat kompleks jika dibandingkan dengan mata uang  negara lain.

4. Uang Rupiah Baru Bisa didapat di 45 Kantor Perwakilan BI
     Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo menyatakan, 45 kantor perwakilan BI di 33 provinsi di seluruh Indonesia sudah mulai melayani penukaran uang rupiah tahun emisi 2016. Dengan demikian masyarakat Indonesia sudah bisa menukarkan uang rupiah lama dengan uang rupiah baru di provinsi mereka masing-masing.

5. Biaya Pencetakan Uang Kertas Rupiah Baru Lebih besar dibanding Uang Logamnya
     Tidak seperti biasanya, uang kertas rupiah tahun emisi 2016 ini memiliki biaya pencetakan yang lebih mahal dibandingkan uang logam. Hal ini disebabkan oleh kertas khusus yang digunakan serta sistem pengamanan uang kertas rupiah yang sangat rumit. Seperti kata Direktur Eksekutif Departemen Pengelolaan Uang BI, Suhaedi, "Biaya pencetakan uang sangat dipengaruhi oleh kompleksitas sistem pengamanan yang diaplikasikan dalam uang‎ itu sendiri," Meski begitu pihak Bank Indonesia enggan mempublikasikan biaya pencetakan uang rupiah baru tersebut karena dianggap merupakan informasi rahasia.

6. Penggunaan Gambar Pahlawan telah Mendapat Persetujuan dari Ahli Warisnya
     Hal ini sesuai dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia no. 31 Pasal 2 Tahun 2016 tentang Uang Rupiah Baru, yang berbunyi: Penggunaan gambar dan nama pahlawan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 telah mendapat persetujuan dari ahli waris masing-masing pahlawan nasional.

7. Lima Makna Uang Rupiah Baru
     Menurut Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, Uang rupiah baru mengandung 5 makna penting. Apa sajakah itu?
Pertama, sebagai perwujudan kedaulatan RI. Apalagi, pada uang rupiah baru tersebut mencantumkan frasa Negara Kedaulatan Republik Indonesia.
Kedua, sebagai alat pembayaran yang sah dan wajib digunakan untuk transaksi di Indonesia.
Ketiga, sebagai upaya untuk menjaga ketersediaan uang.
Keempat, untuk menjaga kualitas uang rupiah.
Kelima, adanya uang rupiah baru sebagai penghormatan terhadap jasa pahlawan Republik Indonesia.

Sumber:



Share:

Cerita Panji Asmoro Bangun – Galuh Candra Kirana

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


     Dewi Sekartaji yang lebih dikenal dengan sebutan Galuh Candra Kirana serta suaminya yakni Inu Kertapati atau lebih dikenal dengan nama Panji Asmoro Bangun. Kedua nama ini (Panji-Galuh) menjadi ikon di Kediri, bahkan dijadikan sebutan duta wisata Kota Kediri. Berikut ceritanya. 

     Panji dan Galuh diambil dari sejarah kerajaan Kediri pada tahun 1041, dimana raja yang berkuasa saat itu sang Prabu Shri Erlangga yang telah lanjut usia turun tahta. Tahta diberikan pada putra pertama yaitu Desi Kilisuci, namun ditolak karena memilih menjadi pertapa. Selanjutnya tahta diberikan kepada adiknya yaitu Lembu Amiluhur dan Lembu Amerdadu. Untuk itu kerajaan dipecah menjadi dua, Kerajaan Jenggolo dengan ibukota Kahuripan dan Rajanya Lembu Amiluhur, dan Kerajaan Panjalu/Kediri dengan ibukota Dhahapura dan Rajanya Lembu Amerdadu.

      Raja Jenggolo mempunyai Putra tiga orang yaitu Kudo Roso Wisrenggo (Raden Inu Kertapati), Raden Panji Sastro Mirudho, dan Dewi Ragil Kuning. Di lain pihak, Raja Panjalu memiliki tiga putra dari permaisuri (Mahadewi), yaitu Dewi Sekartaji (Galuh Candra Kirana), Raden Gunung Sari (Raden Malaya Kusuma), Raden Mindoro serta satu orang putra yaitu Galuh Ajeng dari selirnya (Padukaliku). Untuk tetap menjalin persaudaraan, maka Raden Inu Kertapati dijodohkan dengan Galuh Candra Kirana.

     Akan tetapi kejadian buruk terjadi di Panjalu, dimana permaisuri (Mahadewi) wafat dibunuh oleh selir (Padukaliku) yang ingin naik menjadi permaisuri dan menjodohkan Galuh Ajeng dengan Inu Kertapati. Mendengar itu, Raden kertapati ikut berdukacita dan menghibur kesedihan Dewi Sekartaji dengan membuat Golekan kencana (boneka dari emas). Karena mengetahui keadaan antara Galuh Candra Kirana dengan Galuh Ajeng, maka dia membuat boneka sebanyak dua buah, yang satu dari emas dengan pembungkus kain blaco dan satu lagi boneka perunggu dengan pembungkus kain sutra.

     Boneka tersebut dikirim ke Panjalu, dan segera Galuh Ajeng memilih yang berbungkus kain sutra. Dengan hati kecewa, Dewi Sekartaji menerima boneka yang berbungkus kain blaco yang ternyata setelah dibuka bonekanya terbuat dari emas. Di lain pihak Galuh Ajeng kecewa dan berusaha merebut boneka Dewi Sekartaji. Perebutan itu terdengan oleh Prabu Lembu Amerdadu yang kemudian mengusir Dewi Sekartaji yang tidak mau menyerahkan bonekanya kepada Galuh Ajeng. Dewi Sekartaji kemudian menemui budhenya yaitu Dewi Kilisuci yang menyarankan agar menyamar menjadi Panji Semirang untuk mengamen di Kerajaan Jenggolo agar dapat bertemu Raden Inu Kertapati.

     Setelah kepergian Dewi Sekartaji, perjodohan tetap berlanjut dimana Raden Inu Kertapati dijodohkan dengan Galuh Ajeng. Begitu kecewanya Raden Inu Kertapati, yang kemudian pergi untuk mencari Dewi Sekartaji dengan mencari petunjuk pada Budhenya yaitu Dewi Kilisuci. Dewi Kilisuci memberi petunjuk agar Raden Inu Kertapati menyamar menjadi Panji Asmoro Bangun. Akhirnya keduanya yaitu Raden Panji Asmoro Bangun dan Galuh Candra Kirana dapat bertemu dan menjadi suami-isteri.

      Kisah percintaan antara Raden Inu Kertapati dan Dewi Sekartaji tersebut akhirnya menjadi inspirasi lahirnya Duta Wisata Kota Kediri yang kemudian mengambil nama Panji-Galuh (Panji Asmoro Bangun – Galuh Candra Kirana).
Share:

Penyebaran Cerita Panji

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

     Sebagai suatu karya sastra yang berkembang dalam masa Jawa Timur klasik, kisah Panji telah cukup mendapat perhatian para ahli. Ada yang telah membicarakannya dari segi kesusasteraannya (Cohen Stuart 1853), dari segi kisah yang mandiri (Roorda 1869), atau diperbandingkan dengan berbagai macam cerita Panji yang telah dikenal (Poerbatjaraka 1968), serta dari berbagai segi yang lainnya lagi'.

      Menurut C.C.Berg (1928) masa penyebaran cerita Panji di Nusantara berkisar antara tahun 1277 M (Pamalayu) hingga ± 1400 M. Ditambahkannya bahwa tentunya telah ada cerita Panji dalam Bahasa Jawa Kuno dalam masa sebelumnya, kemudian cerita tersebut disalin dalam bahasa Jawa Tengahan dan Bahasa Melayu. Berg (1930) selanjutnya berpendapat bahwa cerita Panji mungkin telah populer di kalangan istana raja-raja Jawa Timur, namun terdesak oleh derasnya pengaruh Hinduisme yang datang kemudian. Dalam masa selanjutnya cerita tersebut dapat berkembang dengan bebas dalam lingkungan istana-istana Bali'.

     R.M.Ng. Poerbatjaraka membantah pendapat Berg tersebut, berdasarkan alasan bahwa cerita Panji merupakan suatu bentuk revolusi kesusastraan terhadap tradisi lama (India). Berdasarkan relief tokoh Panji dan para pengiringnya yang diketemukan di daerah Gambyok, Kediri, Poerbatjaraka juga menyetujui pendapat W.F.Stutterheim yang menyatakan bahwa relief tersebut dibuat sekitar tahun 1400 M. Akhirnya Poerbatjaraka menyimpulkan bahwa mula timbulnya cerita Panji terjadi dalam zaman keemasan Majapahit (atau dalam masa akhir kejayaan kerajaan tersebut) dan ditulis dalam Bahasa Jawa Tengahan (1968:408–9). Penyebarannya ke luar Jawa terjadi dalam masa yang lebih kemudian lagi dengan cara penuturan lisan.
Share:

Peresmian Uang Baru



  Pada tanggal 19 Desember 2016, Bank Indonesia (BI) mengeluarkan 11 rupiah baru yang terdiri dari 7 pecahan uang kertas dan 4 pecahan uang logam. Rupiah kertas yang diterbitkan terdiri dari nominal Rp 100.000, Rp 50.000, Rp 20.000, Rp 10.000, Rp 5.000, Rp 2.000, dan Rp 1.000. Sementara rupiah logam terdiri atas pecahan Rp 1.000, Rp 500, Rp 200, dan Rp 100.

     Desain uang baru ini sejalan dengan rencana BI menerbitkan uang Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hampir semua wajah pahlawan di uang tunai berganti, kecuali pecahan Rp 100.000. Pecahan Rp 100.000 tetap menampilkan wajah dua proklamator RI, yaitu Presiden dan Wakil Presiden pertama RI, Soekarno dan Mohammad Hatta.

     Bertepatan dengan Hari Bela Negara Indonesia, BI menerbitkan 11 desain baru rupiah yang terdiri dari 7 pecahan rupiah kertas dan 4 pecahan rupiah logam. Setelah diterbitkannya rupiah baru, maka uang rupiah yang sudah beredar di masyarakat masih berlaku dan masih bisa digunakan sebagai alat transaksi yang sah sampai BI menarik peredaran rupiah lama.

Sumber: Liputan 6
Share:

Fixed Sidebar (true/false)

Featured Post

BTemplates.com

Diberdayakan oleh Blogger.

Ads Top

ad728

Facebook

Recent

3/recent-posts

Comments

3/recent-comments

Recent Slider

5/Tech/feat-slider

Photography

3/Tech/post-per-tag

Videos

6/Tech/feat-videos

Beauty

4/Cars/post-per-tag

Culture

4/Future/post-per-tag

Follow Us @templatesyard

Anda Pengunjung Yang Ke

Cari Blog Ini

Main Slider

5/slider-recent

Technology

3/Tech/feat-grid

Android

5/Tech/feat-tab

iOS

5/Life%20Style/feat-tab

Windows

5/Cars/feat-tab

Business

5/Cars/feat-tab

Fashion

5/Cars/feat-tab

Fashion

5/Life%20Style/feat2

Post Top Ad

ad728

Author Details

Templatesyard is a blogger resources site is a provider of high quality blogger template with premium looking layout and robust design. The main mission of templatesyard is to provide the best quality blogger templates.

Sample Text

Supported By

Supported By

Header Ads

ad728

Breaking News

Pages

Popular